viita

novita

Senin, 17 September 2012

I LOVE DEAD

Cerpen Ayah - I LOVE DAD
Sebuah anugrah yang terindah aku miliki saat bisa melihat wajah mu, dan engkau mengendongku lalu kau kumandangkan adzan di liang telinga ku.
“akhirnya kamu sudah lahir anak ku tersayang”, itu ucapnya yang pertama kali aku dengar
Aku saat itu hanya bisa menangis saja, karena tak tahu apa yang harus aku lakukan.


“ma, anak kita lahir dia sehat, ini anak kita” kata nya yang sangat gembira atas kelahairan ku.
“iya pa, dia ganteng sama seperti papa, semoga menjadi anak yang berbakti sama mama dan papa iya nak”
“ma, papa udah siapkan nama buat anak kita yaitu prota Mihar Dinata”
“nama yang indah, baik lah pa itu nama anak kita”


Saat yang ditunggu setelah mereka menikah dan baru di tahun kedua pernikahan baru lah mereka berdua diberikan amanat oleh yang maha kuasa dan disini awal dari kesayangan papa dan mama terhadap aku. Bulan berlalu hingga akhirnya gigi pertamaku muncul, betapa senang nya mereka menyambut gigi pertama dan juga di saat bersamaan raga ku di serang sakit untuk pertama kali yaitu sakit cacar, mereka sangat panik saat itu betapa tidak aku adalah anak pertama dan juga mereka jauh dari sanak saudara maupun orang tua. Saat itu jam menunjukan pukul 01.30 dengan rasa penuh kasih sayang papa membawa ku kerumah sakit, bahkan beliau sempat bersitegang dengan staff rumah sakit karena penanganan yang lambat. Setelah mendapatkan perawatan dari rumah sakit aku di diagnosa terkena penyakit cacar dan besok bisa pulang. Mendengar kabar itu papa sedikit lega.


Saat pertama bibir ini berbicara pertama kali, yang bisa ku ucapkan hanya memanggil nama DA-DA (ayah), tak bisa diungakap kan dengan kata-kata karena kebahagian yang beliau rasakan dan selang beberapa hari aku bisa mengucapkan MA-MA. Bulan semakin berlalu dan pada usia ku 1,5 tahun aku berjalan untuk pertama kalinya itu juga berkat papa yang memberiku semangat untuk berjalan. Bahkan setelah itu aku di berikan hadiah yang hingga kini aku simpan yaitu sepatu agar kaki kecil ku tak sakit untuk berjalan di tanah atau terkena benda-benda asing. Waktu berlalu hingga di usia ku 4 tahun aku hampir meninggal dunia di akibat kan aku belajar mandi di kolam renang di halaman belakang tanpa sepengetahuan kedua orang tua ku. Aku tenggelam saat itu bahkan apabila papa tak segera menolong ku dari kolam aku sudah tiada di dunia ini. Papa dan Mama sangat panik saat itu karena aku sudah tak bernafas lagi. Aku dibawa ke rumah sakit.


“nak jangan buat papa dan mama khawatir seperti ini, bangun nak, bernafas lah” kata ayah pada diriku sambil menggendong ku


Akhirnya aku sekolah untuk pertama kali yaitu TK (taman kanak) pada usia 5 tahun. Aku belajar banyak mulai menulis, membaca, menggambar dan berhitung. Beliau sangat bahagia melihatku seperti itu. Bahkan setiap hari aku diantar dan dijemput beliau walau beliau sibuk bekerja tapi beliau tetap dengan atusias melihat perkembangan ku. Tepat di usia ku yang ke 6 dan aku baru saja masuk di salah satu SD tepopuler di kota ku papa bahagia sekaligus bersedih, karena adik ku yang baru saja dilahirkan oleh mama ku telah di panggil dahulu karena penyakit yang tidak aku ketahui pada saat itu.
“papa kenapa menangis, kenapa rumah kita banyak orang pa, terus mama kemana kok tidak ada di rumah” kataku terheran-heran melihat pemandangan yang tak biasa nya di rumah
“adik kamu telah pergi meninggalkan kita nak untuk selamanya” papa menagis saat mengucapkan kata itu


“pergi kemana pa, kok tidak ngajak kita kalau mau pergi” kata polos karena tak tahu apa yang terjadi
Lalu salah satu bibi ku menarik tangan ku. Sambil memeluk dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa banyak kerumunan orang disini, aku mengerti saat itu dan mendekati papa dan menguatkannya agar iklas menerima hal ini, papa langsung memeluk ku.
Setelah kematian adik ku, aku semakin di awasi sama papa, karena beliau tak ingin kehilangan anak untuk yang ke dua kalinya.


Aku banyak belajar hal dengan papa mulai dari memancing, bermain bola, bermain layang dan banyak hal kami lakukan bersama. Sungguh senang apa bila bermain dengan beliau, karena selalu mencoba untuk hal yang baru. Tak terasa aku usai menempuh di pendidikan sekolah dasar dan aku di usulkan papa untuk sekolah di SMP di mana beliau juga bersekolah disana, aku menuruti saja apa kata beliau. Memang sekolah disana adalah suatu tantangan buat diriku karena disana aku paket belajar 2 tahun langsung lulus SMP, betapa tidak terkejutnya aku ketika aku dapat bersekolah disana aku langsung memberitahukan hal bahagia tersebut kepada kedua orang tua ku. Tapi sayang saat ini papa tak ada di rumah karena sedang menjalankan tugas di luar kota.


“tak apa lah lagi pula papa pulang besok” walau sedikit kecewa tapi membuang jauh rasa itu
Pada saat papa pulang aku langsung memberitahukan hal itu, dan papa ikut bahagia tapi tak lama kebahagian itu membuat ku risih entah itu karena papa kecapaian atau apa, aku mendengar suara papa marah-marah. Hingga hal yang terduga aku lihat dengan jelas, papa menapar wajah manis mama. Sejak saat itu aku takut apa bila melihat papa, bahkan suatu hari aku di dekati papa dan mama malah aku menjauh dari mereka, aku masih trauma apa yang aku lihat pada saat itu.

“prota papa ada sesuatu buat kamu kesini nak” memangil ku dengan senyum

“iya nak sini sama mama dan papa” turut suara mama yang membuat kaki ini mulai melangkah
“kenapa, kamu berubah nak papa lihat belakangan ini kamu selalu menjauhi papa, apa papa ada salah sama kamu anak ku” papa memulai pembicaraan
“waktu itu kenapa papa tega menampar mama ?” kata-kata yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak

“hahahahaha.,,,, prota prota siapa yang memukul mama, papa menampar mama karena ada nyamuk di pipi mana yang membuat papa marah karena beraninya nyamuk itu mengambil darah istri papa yang tercinta” kembali tertawa

“iya sayang benar apa yang di katakan papa, makanya lain kali nanya dahulu, uuhhh dasar anak yang suka marah tanpa alasan yang pasti” mama menoelkan kepala ku
“hehehe,,.. maaf deh pa, maaf deh ma prota salah ternyata, habis papa sih yang reseh pakek suaranya kenceng banget seperti speker mau pecah.” Aku tertawa sambil memengang kepala ku
“oh iya papa punya hadiah buat kamu, kamu kan udah besar dan mungkin kamu sudah harus pergi sendiri papa sama mama sudah tak bisa mengantar atau menjemput kamu, kemarin papa kasih supir tapi kamu nggak mau iya sudah ayo kita keluar sebentar papa mau nunjukin seseatu” sambil berjalan aku, papa, dan mama menuju keluar rumah dan terkejutnya aku saat melihat sebuah kendaraan berada di teras depan rumah ku

“ prota ini mobil buat kamu tapi ingat, sebelum kamu bawa mobil ini kamu harus bisa mengendarainya dahulu nanti papa yang mengajari kamu tapi kamu boleh bawa pada saat kamu SMA, oh iya bulan depan kamu ujian kelulusan kan nah sekalian ini juga hadiah buat kamu, kartu ATM inget ya jangan boros-boros” papa melihat aku sambil memberikan kunci dan kartu

“terima kasih pa, I LOVE DAD”aku memeluk erat dan menciumi kedua pipi nya
“mamanya enggak dipeluk” ucap mama yang memutuskan pelukan ku
“terima kasih juga buat mama, I lOVE MOM” aku memeluk dan mencium nya
“you guys are the greatest parents i have and never will be his successor” cetus ku
“aduh anak papa pintar bahasa inggris, your child is also the best that DAD and MOM have”

Setelah itu papa mengajak ku untuk belajar mengemudikan kendaraan, tak sudah sampai sini ayah juga mengajari cara mengambil uang di ATM dan cara menabungnya. 3 bulan kemudian aku dinyatan lulus dari SMP yang aku tempuh. Papa dan Mama bahagia karena aku dapat menempuh SMP dengan waktu yang singkat ini juga tak lepas dari jerih payah mereka yang mendidik dan mengajariku. Hingga aku juga di terima di salah satu SMA favorit dan kini aku mengendarai kendaraan ku sendiri berkat papa yang tak jenuh mengajari ku. Hingga pada suatu ketika cerita aku dan kenangan bersama papa usai sampai di tanggal 26 Agustus 2009 yang mana papa meninggal di karena kan kecelakan pada saat bertugas. Dan membuat ku terpuruk dari kenangan apa yang telah kamu lalui bersama.

“I LOVE MY FATHER, you are the best and may you be accepted in precisely because is has been the best father for family”

cerpen cinta

Cerpen Cinta : Love Is Sweet

Ardi, loe tau nggak. Serly anak cewek di lokal sebelah?” tanya Dion sambil menikmati jus pesananya di kantin sekolah. Saat itu memang jam istirahat.

Ardi menghentikan aktifisas mengaduk – aduk kuah bakso pesanannya. Menoleh kearah Dion lurus. Serly?. Tentu saja ia kenal. Itu cewek kan yang selama ini ia taksir diam – diam. 

Hanya saja ia belum berani untuk mengungkapkannya. Bukan, tentu saja bukan karena takut di tolak. Bukan bermaksut sombong atau sok kepedean, tapi memang sudah menjadi rahasia umum kalau ia memiliki wajah di atas rata – rata Kalau nggak boleh di bilang keren. 

Jadi mustahil ia ditolak cewek. Hanya saja selama ini ia belum memiliki kesempatan untuk mengungkapkannya. Tapi kenapa tiba – tiba Dion menanyakannya?.

“Kayaknya gue naksir deh sama tu anak”.
“Uhuk uhuk” Ardi yang baru memasukan sesuap kuah baksonya kontan langsung tersedak mendengar kalimat lanjutan yang keluar dari mulut temannya barusan.
“Ah elo, kalau makan hati – hati donk” Kata Dion sambil menyodorkan segelas air putih kearah Ardi yang langsung diteguk habis olehnya.

“Loe bilang apa barusan?. Loe naksir sama dia?” Tanya Ardi langsung.
Tanpa menyadari nada aneh plus kaget dari Ardi dengan santai Dion mengangguk.
“Iya, rencananya besok gue mau nembak dia. Loe sebagai sahabat doain gue ya. Semoga aja gue di terima sama dia. Sekalian hari ini biar gue yang traktir deh.

Ardi hanya terdiam. Tiba – tiba napsu makannya langsung menguap begitu saja. Bakso yang ada di hadapannya sama sekali sudah tak mampu menarik minatnya. Pikirannya hanya satu. Sahabatnya akan menyatakan cinta pada cewek yang di taksirnya. Astaga,,....

Setelah menbereskan buku – bukunya Ardi segera melangkah pulang. Teriakan Dion yang memintanya untuk berbarengan sama sekali tidak ia indahkan. Moodnya benar – benar memburuk. Sambil melamun ia terus melangkah sampai tanpa sadar tubuhnya bertabrakan dengan seseorang yang kebetulan baru muncul dari pintu kelas sebelah yang ia lewati. Sepertinya cewek itu tadi juga melangkah tanpa melihat – lihat karena sibuk membalas sms dari hape nya yang kini sudah tergeletak berhamburan di lantai.

“Aduh, sory sory sory. Gue nggak sengaja” Kata Ardi sambil berjonkok mengambil bagian – bagian benda mungil yang bernasip tidak beruntung itu.
“Yah, hape gue. Rusak donk” Keluh cewek itu yang membuat Ardi merasa tidak enak. Dan betapa terkejut nya ia saat menyadari kalau cewek yang berdiri tepat di hadapannya ternyata Seryl. Cewek yang selama ini di taksirnya. Bahkan sekarang temannya juga ikut – ikutan.
“Sory. 

Gue tadi beneran nggak sengaja. Tapi coba bentar gue liat” kata Ardi sambil mengulurkan tanggannya meminta seryl untuk menyerahkan batray hape yang berada di tangannya.
Beberapa menit kemudian hape itu sudah kembali terpasang seperti semula. Dengan hati – hati Ardi mencoba untuk menyalakannya. Setelah menunggu beberapa saat barulah benda mungil itu menyala. Dan untung saja sepertinya masih berfungsi dengan baik sehingga Ardi bisa merasa sedikit lega dan langsung menyerahkan pada pemiliknya.

“Ardi?” Pertanyaan bernada bingung sekaligus kaget meluncur dari mulut Seryl yang sepertinya memang baru menyadari siapa yang menabraknya karena tadi perhatiannya hanya terpusat pada hapenya. Sementara Ardi sendiri seperti orang bodoh hanya yang hanya menganggukan kepala sambil tersenyum simpul. Hei, bukankah kebanyakan orang akan terlihat bodoh bila bersama orang yang di sukainya. Dan sepertinya ardi juga termasuk kedalam katagori orang – orang bodoh tersebut.
“Drrrtt...”

Getaran hape di tangan Seryl mengetkannya. Matanya hanya memperhatikan raut wajah Serly yang mengerakan jarinya dengan lincah. Mengetikan kata yang Ardi sendiri tidak tau apa.

“Eh, gue udah di tungguin sama kakak gue. Sory ya gue duluan” Pamit Seryl sambil berlalu. Dan lagi – lagi Ardy hanya membalasnya dengan anggukan. Barulah setelah bayangan gadis itu hilang dari pandangan ia menyesali dirinya sendiri yang tadi sama sekali tidak berkutik. Hilang sudah kesempatan untuk mengenal gadis itu lebih jauh. Dengan lemes ia segera melangkah menuju kearah parkiran. Dimana motornya berada. 


Keesokan harinya ardi hanya mampu menatap Dion yang kini duduk di sampingnnya dengan heran. Kenapa tampang sahabatnya hari ini terlihat kusut sekali. Berbanding balik dengan wajah yang ia lihat terakhir kalinya kemaren.
“Kenapa loe?” Tanya Ardi.
“Nggak papa” Balas Dion tanpa minat. 

Ardi kembali terdiam. Diliriknya jam yang melingkar di tangan. Pukul tujuh kurang 15 menit. Masih ada sekitar setengah jam’an sebelum pelajaran pertama di mulai. Setelah menimbang – nimbang untuk beberpa saat akhirnya mulutnya terbuka. Sama sekali tidak mampu menahan rasa penasarannya.
“Oh ya, gimana kemaren. Loe jadi nembak dia?” tanya Ardi sambil berusaha menjaga nada bicaranya agar tetap terdengar datar.

“Hufh...” Dion tampak menghembuskan nafas beratnya. “Itu yang bikin gue hari ini nggak semagat. Gue di tolak sama dia”.
“O....” Mulut Ardi hanya mampu beroh ria. Tiba – tiba saja ia merasa lega mendengar berita yang baru saja di dengarnya. Tapi karena tak ingin di angap tertawa atas penderitaan orang lain Ardi kembali terdiam.

“Dia bilang dia udah naksir sama cowok laen”.
“Apa?” Tanya Ardi refleks saat mendegar alasan yang keluar dari mulut Dion. “Siapa?” Sambung Adri lagi. Dion hanya angkat bahu. Dan sebelum mulut Ardi kembali terbuka untuk bertanya kemunculan bu sitah di depan pintu kelas sudah terlebih dahulu menginterupsinya. Mau tak mau Ardi terpaksa menelan kembali rasa keingin tahuannya.
***
Begitu jam istirahat bukannya kekantin seperti biasa Ardi justru malah keperpustakaan. Ada buku yang harus ia cari. Setelah mendapakan buku yang ia cari Ardi segera melakah menuju kearah meja. Beberapa menit kemudian ia hanyut kedalam buku yang ia baca. Mengerjakan tugas yang harus ia selesaikan secepatnya. Karena keasikan ia Sama sekali tidak menyadari orang – orang disekelilingnya.
Begitu tugasnya selesai, Ardi segera bangkit berdiri. Pada saat bersamaan seseorang yang sedari tadi duduk di sebelahnya juga berdiri. Hampir saja Ardi terjungkal jatuh karena kaget saat menyadari seryl yang sedang menatapnya lurus.


“Asik banget kayaknya. Sampe gue sedari tadi disini sampe nggak nyadar”.
“He?” Ardy mengernyit bingung. Sementara seryl sendiri hanya angkat bahu sambil tersenyum kemudian segera berlalu.
Seolah baru menyadari sesuatu setengah berlari Ardy menyusul seryl keluar kampus.
“Seryl tunggu”.
“Kenapa?” tanya Seryl sambil menatap mata Ardy yang kini berdiri tepat di hadapannya.
“Ehem... Gue boleh nanya nggak?”.
Seryl tidak menjawab. Ia hanya memberikan isarat agar Ardy melanjutkan ucapnnya.
“Kemaren Doni nembak elo ya?”.

Walau bingung tapi seryl tetap mengangguk.
“Terus katanya loe tolak?”.
Lagi – lagi Seryl hanya membalas dengan anggukan.
“Kenapa?” Tanya Ardy lagi.
Kali ini Seryl terdiam. Mencoba mencerna maksut ardy menanyakan hal itu padanya.
“Memangnya dia nggak bilang alasannya?” bukannya menjawab Seryl malah balik bertanya.
“Dia bilang si, katanya loe udah naksir sama cowok laen. Bener?”.
Seryl hanya angkat bahu.


“Siapa?” tanya Ardy tidak mampu menahan rasa ingin taunya.
Untuk sejenak Serly menarik nafas berlahan. Sambil tersenyum ia menatap kearah Ardy yang terlihat sedikit gelisah menanti jawabannya.
“Loe yakin pengen tau”.

Walau tidak yakin ia benar – benar ingin tau, namun tak urung Ardy mengangguk.
“Elo”.
“Ha?” Mulut Ardy terbuka. Asli nggak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
“Elo. Orang yang gue suka itu elo” Seryl menegaskan kalimatnya dengan santai.
Ardy terdiam. Kali ini ia yakin ia tidak salah dengar. Ditatapnya Seryl yang kini berdiri tepat di hadapan dengan senyum yang menhiasi bibir nya. Dan pada detik berikutnya senyuman yang sama juga menghiasi bibir Ardy. 


“Gue juga suka sama loe. Nggak, maksut gue sangat”.
Dan kali ini senyuman lebar benar – benar menghiasi Bibir keduanya. Hei, Cinta memang selalu datang pada waktunya bukan?.
End?.
He he he, Endingnya maksa banget ya?. Maklum aja lah. Namanya juga ide dadakan.

Itulah Cerpen Cinta nya moga aja kalian suka  ayoo silakan koment dechh di bawah biar rame karya dari kak Merrya Starnight merupakan blogger juga seperti saya makasiihh ya kk cerpennya hehhe

Minggu, 16 September 2012

 


Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari “Tujuh Keajaiban Dunia.” Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan “Tujuh Keajaiban Dunia” saat ini. Walaupun ada beberapa ketidak-sesuaian, sebagian besar daftar berisi;
1) Piramida
2) Taj Mahal
3) Tembok Besar Cina
4) Menara Pisa
5) Kuil Angkor

6) Menara Eiffel
7) Kuil Parthenon
Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya. 
Gadis pendiam itu menjawab, “Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya.” Sang guru berkata, “Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya.”
Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, “Saya pikir, “Tujuh Keajaiban Dunia” adalah,
1) Bisa melihat,
2) Bisa mendengar,
3) Bisa menyentuh,
4) Bisa menyayangi,
Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan,
5) Bisa merasakan,
6) Bisa tertawa,
7) Dan, bisa mencintai
Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya “keajaiban”. Sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan karuniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai “biasa”.
Semoga anda hari ini diingatkan tentang segala hal yang betul-betul ajaib dalam kehidupan anda.